Dari sekian banyak cerita, cerita ini merupakan salah satu yang amat saya sukai.
Cerita ini mengenai seorang yang gagap secara verbal, tapi tidak gagap secara kecerdikan.
Dikisahkan sepenggal kehidupan mengenai karir seorang yang gagap (tidak fasih / lancar dalam berbicara), bernama Azis. Ia adalah orang yang pantang menyerah dalam bekerja, walaupun seringkali kegagapannya menjadi permasalahan dan penghambatnya dalam melakukan suatu pekerjaan.
Suatu hari, ia pergi melamar sebuah pekerjaan sebagai seorang reporter suatu surat kabar, dan seketika itu juga ia langsung dikirim untuk mewawancarai tokoh terkenal luar negeri yang baru saja tiba di Indonesia. Tanpa ragu sedikitpun, Azis berangkat, menemui tokoh tersebut dan memulai wawancaranya. "se-se-selamat pagi pak!" sapanya membuka wawancara dengan gagapnya. "selamat pagi!" jawab sang tokoh terkenal. "Ji-ji-ji-jika boleh tahu, hi-hi-hingga berapa lama bapak akan tinggal di Indonesia?"....
Tentu saja siapa yang tidak jengkel, jika harus diwawancarai orang gagap yang bahkan menanyakan 1 pertanyaan saja sudah memakan waktu 2 kali lebih lama dari wajarnya. Karena hal itu, Azispun tak bisa mendapatkan banyak informasi dari wawancaranya dan ia pun berakhir dengan harus meninggalkan tempat kerja yang baru ditempatinya itu.
Tak berapa lama, ia mencoba melamar pekerjaan sebagai karyawan hotel bintang 5, namun karena lowongan yang tersisa hanya bagian penerima reservasi kamar, tentu saja Azis takkan mendapatkan pekerjaan tersebut. Bayangkan jika untuk reservasi kamar hotel saja anda harus berhadapan dengan orang gagap, yang ada anda akan semakin lelah dan waktu anda terbuang hanya untuk reservasi kamar saja.
Dalam keadaan hampir putus asa, teman Azis, Parto, datang dan memberitahu Azis bahwa ada seorang temannya yang dapat memberikannya pekerjaan, namun hanya menjadi seorang penjual kamus bahasa Indonesia. "Ah dari pada saya tidak bekerja, toh ini jauh lebih baik" pikir Azis. Akhirnya iapun menerima pekerjaan itu dan memulai pekerjaan pertama keesokan harinya.
Pada hari pertama, si Boss memberikan 3 buah kamus bahasa Indonesia yang amat tebal, "Zis, saya beri kamu 3 kamus, usahakan habis terjual semua!". Bisa anda bayangkan, jaman seperti ini kira-kira berapa orang yang mau membeli kamus bahasa Indonesia yang tebal dan berat? Ya, sedikit, amat sangat sedikit. Tapi Azis tetap melakukannya, ia pergi dari toko tempat ia bekerja dan kembali 3 jam setelahnya dengan semua kamus yang habis terjual! Tentu saja hal ini membuat si Boss dan karyawan lain menjadi penasaran.
Karena penasaran, pada hari kedua si Boss memberikan 5 buah kamus yang sama kepada Azis. Dalam 8 Jam seluruh kamus itu habis terjual! Maka semakin menjadi-jadi rasa penasaran si Boss dan karyawan yang lainnya.
Hari ketiga si Boss memberi 10 kamus yang sama, Setelah memakan waktu yang cukup lama, akhirnya dalam 1 hari Azis berhasil menjual seluruh kamus yang Bossnya berikan.
Akhirnya karena tidak tahan dengan rasa penasarannya, si Boss dan karyawan yang lain bertanya kepada Azis, "Zis, bagaimana caramu menjual seluruh kamus itu? Kita jual dari tadi, bahkan paling banyak hanyakterjual 1 - 2 buah kabus saja". Si Azis dengan santainya menjawab "Be-be-be-begini... Sa-sa-saya bawa kamus-kamus itu ke stasiun... La-la-lalu sambil membuka-buka kamus yang tebal itu, saya tawarkan kamusnya ke salah seorang yang sedang menunggu kereta... Pa-pa-pa-pak, a-a-a-anda mau beli kamus ini atau SA-SA-SAYA BACAKAN SAMPAI HABIS??". (end).
Apa yang bisa kita pelajari dari kisah tersebut?
Si Azis tidak merasa minder ataupun jengkel karena kekurangan yang ia miliki, yaitu kegagapannya. Justru ia menjadikan kekurangannya itu sebagai suatu kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain dalam karirnya. Ia membuat inovasi dalam dirinya sendiri.